WELCOME TO THE HARRIS SETYAWAN ZONE

Senin, 03 Oktober 2011

BUJANG TEKNIK


BUJANG TEKNIK



BUJANG TEKNIK

HARRIS SETYAWAN

BUJANG TEKNIK
Suatu ketika di desa kecil di kota Medan , terdapat sebuah sekolah yang cukup bagus.   Di sekolah inilah cerita itu akan dimulai.
Alkisah ada seorang anak yang bernama Lintar yang sedak asik melihat pertunjukan kakak  kelasnya yang sedang beratraksi. Disaat Lintar sedang asik melihat pertunjukan , datang seorang pria yang menghampirinya.
“Hey bung, kelas mana anda ?“ tanya pria tadi yang bernama Asep.
“Hey, saya kelas Satu Tiga, oh ya anda ini siapa ya?” jawab Lintar yang heran.
“Saya Asep dari kelas Satu Empat , senang bekenalan dengan anda Lintar” jawab Asep
“He...he… bisa saja kau ini” sambil tertawa Lintar menjawab.
Mulai dari percakapan kecil tadi mereka menjadi akrab. Hari demi hari mereka lalui di sekolah Pandu Mulia, Asep yang berasal dari Bandung dan Lintar yang asli putra Medan ini menjadi akrab walau berbeda kelas.
Saat Lintar dan Asep sedang shalat, datanglah satu pemuda lagi yang mulai mendekati Lintar dan Asep.
“Misi mas, bolehkah saya gabung ? nama saya Samsul dari kelas Satu Satu”
ujar Samsul yang datang menghampiri mereka.
“Oh, boleh-boleh mas, tapi lebih baik kita shalat dulu saja yah” bujuk Asep.
Setelah mereka selesai shalat berjamaah, mereka pun muali asik dengan perkenalan dan mulai terasa akrab karena mereka semuanya pria yang konyol alias gokil, Samsul,  pria yang berasal dari Tegal inipun mulai akrab dengan Lintar dan Asep.
Setiap saat bel istirahat, mereka sering berkumpul bersama. Walaupun mereka berbeda kelas. Usut punya usut mereka juga sebagai murid yang paling lucu di kelas masing-masing. Setiap saat mereka selalu bersama kalau bahasa inggrisnya tuh “always together” dan inipun sebagai semboyannya.
Setelah satu tahun dilewati akhirnya mereka pun naik kelas menjadi kelas dua. Mungkin, memang sudah ditakdirkan mereka selalu bersama , sampai-sampai ketika di kelas 2 pun mereka sekelas lagi, ini membuat mereka semakin akrab seperti saudara saja.
Di kelas, ketiga pemuda ini tidak terlalu pintar dan tidak juga bodoh , alias sedang sedang saja. Di kelas, mereka selalu saja membuat orang tertawa dengan banyolan-banyolannya. Tetapi herannya ketika mereka melawak pasti Lintar dan Asep selalu kena sial, karena ulah si Samsul. Samsul  selalu menjadikan Lintar atau Asep menjadi  sasarannya, tapi ini tidak membuat Lintar dan Asep menjadi marah. Sifat jelek yang dimiliki Lintar dan Asep ialah mereka selalu bermusuhan meski mereka bersahabat , sampai-sampai mereka seperti kucing dan anjing, tapi mereka bermusuhan itu disebabkan Samsul yang mengadu domba, tetapi  jika Lintar dengan Asep tidak bermusuhan pasti suasana menjadi rancu. Selain itu juga , mereka selalu bersaing di di dalam hal akademik,  dan dimanapun mereka selalu bersaing. Selain mereka bertiga masih banyak teman teman yang sama gilanya dengan mereka, ini akibat virus-virus jenaka pemuda tadi. Jadi kelas tersebut selalu ramai.
Pada suatu saat ketika KBM berlangsung , Lintar yang duduknya bersebelahan dengan Samsul, sedang fokus belajar tetapi si Samsul yang hobi bercanda membuat Lintar menjadi   ikut-ikutan bercanda. Karena ulahnya, merekapun di panggil oleh guru yang sedang mengajar, kebetulan pada saat itu pelajaran PKN .
“Hey Lintar, coba tebak, kenapa kambing lebih bau dari pada manusia?” tanya Samsul.
“Apa ya? tak tau lah aku….?” tawab singkat si Lintar  dengan logat bataknya.
“Masa kamu tidak tahu, kenapa kambing bau?, karena ketek kambing ada empat!!!”
jawab Samsul yang tertawa.
“Ha...ha..ha bisa saja kau ini. Coba sekarang jawab, kalo binatang kaki seribu mau belok
kakinya tinggal berapa?” tanya Lintar.
“hmmm… tinggal dua.” Jawab Samsul dengan singkat.
“ Ah,,, asal jawab kau, isinya tinggal 9999 lah!!!” jawab Lintar sambil tertawa.
“ Ha kok bisa?” Tanya samsul.
“ Yang satu lagi buat minta jalan….ha..ha…ha” jawab Lintar.
Sedang asik bercanda, mereka pun tidak memperhatikan guru tersebut dan akhirnya guru itu pun bertanya padanya .
“ Hey kalian berdua coba jelaskan apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?” tanya Guru.
“Anu... anu bu... kami tidak tahu bu” jawab mereka ketakutan.
“Maka nya jangan bercanda terus kalian!“ kata Ibu guru.
“iii…iiyaa bu…” jawab mereka yang malu karena tidak bias menjawab.
Bukan hanya pelajaran itu saja mereka bercanda, tapi di pelajaran lainpun mereka suka bercanda, walaupun dengan kejadian tadi tidak membuat mereka kapok.
Waktu demi waktu dilalui bersama, namanya anak sekolah, pasti ada masa pubertasnya, benar saja Lintar dan Asep mulaqi mengenak yang namanya jatuh cinta. Anehnya Lintar dan Asep mencintai sesosok wanita yang sama, usut punya usut wanita tersebut tidak  merespon kedua pria ini, namanya lelaki jatuh cinta, pasti akan berjuang sampai darah penghabisan seperti pepatah “lelaki pantang menyerah”.
Pada bulan Agustus, tepatnya tanggal 26 wanita yang bernama Alda ini berulang tahun. Hal ini membuat si Lintar dan Asep mulai bersaing kembali.
“Lintar, bentar lagi Alda ulang tahun nih, mau kasih kado tidak kamu?” tanya Asep.
“Hmmm, males lah aku, ngapain aku kasih kado, macam anak kecil saja! Kalo kau macam mana?” Jawab Lintar. (Padahal Lintar sudah mempersiapkan kado tersebut).
“Hmmm, samalah, aku juga tidak ingin memberi kado.” Jawab Asep (Padahal Asep juga telah mempersiapkan kadonya).
Memang, bau persaingan sudah mulai tercium, terang saja mereka tidak mau mengakui yang sebenarnya supaya mereka dapat nilai lebih dari Alda. Jadi seperti itulah contoh kecil persaingan mereka.
Tak terasa tanggal 26 Agustus pun tiba. Langkah demi langkah Lintar mulai  menghampiri Alda, dengan maksud memberikan kado pada Alda.
“Waduh, kado belum diberikan, keringat kamu sudah bercucuran” ledek Samsul yang menemani Lintar menuju Alda.
“Macam inilah orang yang sedang gerogi” Senyum Lintar.
Akhirnya sampailah dihadapan Alda.
“Aaa..Alda selamat ulang tahun yah!” kata Lintar yang sudah dipenuhi keringat di tubuhnya.
“Prikitiw...wit wiw.....” sorak teman teman sekelas yang menyaksikan adegan tersebut.
Terang saja karena adegan ini dilakukan di depan kelas.
            “Ini hadiah kecil untukmu “ kata Lintar pada Alda.
“He...he...he… ya Lintar, makasih yah” jawab Alda sambil tersenyum.
Setelah kado diterima Alda, Lintar pun pergi dengan tujuan mengambil gitar dan menyayikan sebuah lagu Begitu Indah daei Padi buat Alda. Sedang dalam perjalanan pengambilan gitar, Lintar melihat Alda telah menenteng setangkai mawar dari seorang pria.
Hancur sudah hati Lintar melihat itu, sedih dan pilu yang melanda hati Lintar membuat lagu yang ingin dinyanyikannya langsung lupa total. Akhirnya Lintar hanya bisa terdiam dan terpaku .
“Eh sobat, jangan bersedihlah, wanita masih banyak kok!” ujar Samsul sambil memeluk sahabtnya itu.
“Mati sajalah aku ini, ah pening pala ku, kalau macam ini tak tahan aku” kata si Lintar sambil mengelus-elus dadanya.
“Sudahlah jangan sedih brow, eh ngomong-ngomong si Asep mana ya?” tanya Samsul.
“Iya ya kemana si Asep? ah tak taulah aku” jawab Lintar.
Ternyata Asep pergi keluar sekolah demi membeli setangkai Bunga Matahari. Padahal kado nya itu belum termasuk bunga matahari loh, tapi karena Asep melihat Alda mendapatkan bunga dari pria lain, Asep pun berusaha lebih dari siapapun.
Setelah semua siap, akhirnya Asep pun mulai berjalan setapak demi setapak Asep mulai menghampiri Alda, dengan membawa setangkai  bunga dan kado besarnya itu. Kelas yang tadinya hening berubah menjadi gaduh.
 “Suit.. suit.. suit” banyak teman yang menyaksikan Asep member bunga kepada Alda menjadi iri, karena si Asep benar benar romantis.
Memang Lintar dan Asep selalu bersaing demi mendapatkan perhatian dari Alda, walau terkadang persaingan mereka tidak secara sehat, ini disebabkan mereka ingin lebih unggul di hadapan Alda. Tapi, terkadang mereka bekerja sama dalam hal cinta, terlepas dari itu mereka tetap bersahabat, walau badai mengahadang mereka akan selalu bersama. Walau bagaimanapun dan sampai kapanpun si wanita tersebut tidak akan merespon Asep dan Lintar ini di kerenakan si Alda tidak ingin berpacaran. Tapi semua ini hanya Allah yang tahu.

Bulan demi bulan mereka lalui dilalui. Tak terasa kelulusan telah menanti mereka, ini berarti perpisahan akan menghampiri mereka.
“Tak terasa sobat, bentar lagi kita akan berpisah” ujar Asep.
“Betul kau, kita akan berpisah, tak ada lagi yang mengejek aku, tak ada lagi yang mengejar-ngejar aku” tambah Lintar yang menangis.
“Hey  kalian, kata kalian kita akan selalu always together, jadi walau raga kita terpisah jauh , namun hati kita selalu dekat” kata Samsul.
Nangislah mereka bertiga yang tidak kuasa melepas satu sama lain. Akhirnya hari dimana kelulusan tiba. Allhamdullilah ternyata mereka sekelas lulus semua.
“Allhamdulillah kita lulus kawan” sorak teman teman.
“ Lintar kau mau lanjut kemana?” tanya Samsul.
“ Insya Allah aku mau lanjut ke ITS jurusan Tehnik Informatika , kalau kau Sul?” Lintar.
“ Ha, kita sama rupanya, aku juga mau kuliah di ITS, tapi jurusan saya Tehnik Elektro”jawab Samsul.
“Hey kalian berdua , kunaon abdi teh teu di tanya???” keluh Asep sambil tertawa.
“Ha...ha...ha aku lupa kau brow... bohong bercanda, memang kau mau lanjut kemana?” tanya Lintar.
“ Lintar ke ITS kau Sul ke ITS juga…hmm...hmm aku ke ITS juga loh!” kata Asep.
“Ha yang benar kamu?” tanya Samsul.
“Ya lah, aku disuruh oleh orang tuaku di ITS , aku ambil jurusan Tehnik Sipil” kata Asep.
“Bah, kita sama-sama di ITS rupanya jurusan tehnik pula, bagaimana kalau kita disana ngekost bareng?” bujuk Lintar.
`“Betul betu betul , kita bersama saja” kata Asep.
“ Allhamdullilah kita memang always together” kata Samsul.
“Ha…ha....ha...” mereka bertiga tersenyum bahagia.
Setelah mereka lulus dan berhasil masuk perguruan tinggi ITS , mereka sangat bangga bercampur senang.
            Hari peloncoan atau yang dikenal sebagai ospek pun tiba, Lintar ,Asep ,dan Samsul pun bergegas, tapi perloncoan oleh kakak kelas mereka dilakukan dengan jurusan masing masing. Jadi mereka tidak di ospek bersama.
            Setelah perloncoan selama tiga hari itu telah selesai, bertanda bahwa semua peserta didik harus siap mengikuti kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November. Di Surabaya mereka tinggal di kost yang cukup bagus dan cukup dekat dari kampusnya, harganya terbilang mahal dibandingkan dengan kost-kost yang lain, tapi ini tidak membuat mereka bertiga pusing, karena latar belakang mereka semuanya orang kaya dari kampung. Meskipun ketiga pria ini orang kaya, tapi tidak membuat mereka tinggi hati, dengan gaya yang biasa-biasa saja mereka pergi ke kampus.
“Hey kawan bangun-bangun, sudah mau jam tujuh ini!” Lintar yang baru bangun dan kaget melihat jam dinding sudah mendekati pukul tujuh.
“Waduh, kesiangan kita” jawab Samsul dan Asep.
Tanpa mandi lagi , mereka bertigapun bergegas pergi ke kampus , mereka pergi naik motor.       Di tengah perjalanan menuju kampus , mereka di berhentikan oleh seorang petugas Polisi.
“ Stop , keluarkan SIM kalian!”perintah Polisi.
“ Ini SIM aku pak, ini juga punya aku pak, nih satu lagi punya aku pak“ kata Mereka.
“ Kalian tahu tidak apa kesalahan kalian?” tanya Polisi tadi.
“ Lampu merah pak” kata Lintar.
“ Nah, kalian tahu itu!, kenapa kalian menerobos lampu merah? apa kalian tidak tahu peraturannya?” tanya Polisi.
“ Aku tahu pak, ada lampu merah yang sedang menyala” kata Lintar.
“ Terus?”sahut Polisi.
“ Ya terus aku tak tahu kalo abang ada disini!” kata Lintar sambil tertawa.
“ Ha..ha... Lintar apa kabar kau? ” kata Polisi yang tidak jadi marah.
“ Baik aku bang , kabar abang bagaimana?” Sahut Lintar.
“Aku baik Lintae Siregar” kata Pak Polisi.
“ Tar , siapa polisi ini?” tanya Asep dan Samsul.
“ Oh ya bang, ini kawan aku,  ini Samsul dan ini Asep. Kenalkan ini paman ku namanya Ucok Siregar” Kata Lintar sambil mengenalkan teman-temanya.
“ Eee... pagi om” kata Samsul dan Asep sambil tersenyum.
“ Pagi , oh ya Lintar kau ini mau kemana?” kata Ucok.
“ Aku mau kuliah bang” kata Lintar
“ Kau kuliah disini? Kenapa tak memberi kabar ke abang kau ini?” tanya Ucok.
“ Ya mang , aku kuliah di ITS ,ya aku pikir tak apalah.” kata Lintar.
“ Ya sudah sekarang kau pergi , ini kutinggalkan alamat dan nomor telpon ku , main ke rumah kau ya!” kata ucok.
“ Ya sudah bang aku pergi dulu” kata Lintar,
Begitulah kisah di pagi hari, hari pertama kuliah Lintar bertemu pamanya di Surabaya.
“ Oh, jadi itu paman mu toh, aku kira kita akan kena tilang ha...ha” kata Samsul.
Akhirnya merekapun melanjutkan perjalanannya. Sesampai di kampus, mereka yang belum pada mandi  hanya ganti baju saja , ini membuat orang di sekitar menjadi mabuk , mabuk nya bukan main ha..ha..ha.
            Kehidupan kuliah dengan sma sangatlah berbeda , dari mulai disiplin waktu dan disiplin yang lainya semuanya berbeda. Misal saja dengan kelas yang berbeda-beda sesuai mata pelajaran, ini membuat mereka harus lebih cepat.
            Sehari-hari kehidupan mereka sudah cukup disiplin lah, wajar saja mereka bertiga semasa sma pandai berorganisasi dari mulai ikut PASKIBRA maupun OSIS.  Jadi tidak membuat mereka kaget, dengan target waktu yang harus cepat . Tempat tidur yang hanya satu ranjang membuat mereka tidur berdesak-desakan tapi tidak membuat mereka menjadi risau, yang inilah baru dikatakan nasib anak kost, mulai dari makan , menyiapkan pakaian , semuanya serba sendiri.
Setelah satu semester terlawatkan , akhirnya datang hari dimana mereka harus membayar uang kost dan uang kuliah.
“ Waduh , ibu ku belum kirimi aku uang, padahal uang itu harus dibayar” ujar Samsul.
“Ya Sul , abdi oge belum dikirim ku ibu abdi. Kamu bagaimana Tar?” Tanya Asep.
“Bah, sama pula kita rupanya, mamak aku belum mengirimi aku uang , macam mana ini?” Kata Lintar.
“Coba kita telpon saja orang tua kita” Kata Samsul.
“Benar , kita coba bel saja “ kata Lintar.
Akhirnya mereka mencoba menghubungi orang tua mereka. Ternyata orang tua mereka tidak mengirimi uang pada mereka, karena orang tua mereka bangkrut dari bisnisnya, ini semua membuat ketiganya menjadi pusing, bagaimana mereka harus membayar uang kuliah.
“ Pening pala ku , mamak dan papah ku tak bisa kirimi aku uang, sebab tambak lelenya bangkrut “ keluh Lintar pada kawannya.
“ Sama Tar , aku juga begitu , bisnis warteg bapaku bangkrut.” kata Samsul.
“ Wah , aku pun begitu , papah ku tertipu saat ia menanam saham” keluh Asep.
“ Bagaimana ini kawan?” Tanya Samsul.
“ Tak taulah aku” kata Lintar.
Waktu terus berjalan , duit mereka pun hari demi hari semakin menipis, padahal mereka sudah harus membayar uang kuliahnya.
            Pada saat mereka makan di sebuah warteg kecil di pinggir kampusnya, Lintar melihat sebuah spanduk kontes pelawak, hadiahnya cukup menggiurkan, juara satu mendapatkan 
500 juta.
“ Sul...Sul liat spanduk itu!” perintah Lintar.
“ Yang mana?” jawab Samsul yang sedang mengunyah nasi di mulutnya.
“ Itu loh, ada konters pelawak , lumayan kalau kita menang hadiahnya 500 juta di tambah kontrak melawak”Lintar yang menjelaskan kepada Samsul dan Asep.
“ Ah... mana mungkin???” kata Asep dan Samsul yang asik menikmati ikan tongkolnya.
“ Hey, kita coba saja, kali saja kita menang, hadiahnya bisa kita pakai buat bayar kuliah” kata Lintar dengan semangat.
“ Ya sudahlah kalau begitu aku dan Samsul ikut , ya gak Sul?”kata Asep sambil mengunyah perkedel jagungnya.
“ Betul aku ikut , kali saja kita menang” kata Samsul.
Akhirnya merekapun mendaftarkan diri di kontes tersebut. Mereka yang sudah seperti saudara, dan mereka sejak sekolah sudah memiliki dasar melawak membuat mereka tidak canggung. Tapi yang membuat mereka takut adalah, selain di hadapan juri mereka bersaing dengan 2000 peserta dari Jawa Timur, belum dari Bali, Palembang, Medan,Yogya , Samarinda, dan Jakarta , bisa-bisa jutaan peserta yang mendaftar.
Dan tanpa disadari dari 2000 peserta Jawa Timur hanya 15 peserta yang berhasil masuk babak selanjutnya, dan termasuk group mereka yang bernama BUJANG TEKNIK yang berarti PEMUDA TEKNIK , kenapa teknik? karena mereka semua kuliah di bidang teknik.
Waktu demi waktu mereka lalui dan akhirnya Bujang Tehnik dapat lolos ke Jakarta. Mereka bisa masuk saja sudah bangga, karena kontes ini di tampilkan di televisi . Selain mereka, teman-teman mereka bangga, karena mereka bertiga berhasil membawa nama sekolah daerahnya.
Setiap satu minggu sekali mereka harus izin ke dosen selama 2 hari untuk tampil di Jakarta, dan biayanya sudah di tanggung pihak Trans Corp. Selama muncul di TV atau tampil mereka selalu dapat mengocok perut juri dan membuat penonton tertawa terbahak-bahak, dengan banyolan mereka  Berkat bakatnya itulah mereka dapat sampai disini.
Setelah lama di kontes tersebut, akhirnya Bujang Teknik berhasil masuk ke 10 besar, ini membuat mereka semakin dikenal di kampusnya . Setiap ke kampus pasti mereka disambut dengan teman-temanya di kampus, tetapi hal ini tidak membuat mereka menjadi sombong.
Setelah mereka masuk sepuluh besar mereka harus minta izin ke dosen mereka karena mereka harus di karantina di Jakart , dan allhamdullilah pihak ITS pun setuju.
Selama di karantina , mereka banyak belajar melawak dari teman satu sama lain. Acara yang mulai setiap hari Sabtu dan Minggu di Trans TV selalu di nanti-nanti penonton setianya. Dan akhirnya Bujang Teknik pun tampil, sorak gembira dukungan dari teman teman mereka selalu menyertainya, dan yang paling mengharukan orang tua mereka datang di acara malam tersebut yang diundang oleh Trans Corp .
Waktu terus berjala , semakin banyak peserta yang tereliminasai. Sudah sejauh ini Bujang Teknik mampu masuk di Grand Final.
“Aku sungguh tak menyangka kawan , dari hanya coba-coba kita bisa sampai disini” kata Samsul yang menangis bahagia.
“ Aku juga begitu, sekarang kita syukuri saja atas karunia Allah SWT karena dialah kita bisa sampai sini” kata Lintar.
Dan malam Grand Final pun tiba. Sebelum tampil mereka sudah di pertemukan dengan orang tua mereka masing-masing untuk melepas rindu dan meminta doa restu.
Dan setelelah semua peserta tampil , akhirnya pengumuman juara akan di bacakan oleh MC. Dan pemenangnya adalah.....
“ Juara tiga diraih oleh SUSIS dengan presentase 26 % , juara dua ABK dengan presentase 34% , dan SELAMAT , BUJANG TEKNIK kalian menjadi juara dengan presentase 40 %” kata MC yang mengumumkan pemenang di acara malam tersebut.
Sorak gembira, derai tangis mewarnai malam Grand Final itu.
“Allahhu Akbar , Allhamdullilah Gusti Allah” kata Samsul yang menangis bangga, begitu juga dengan Lintar dan Asep. Setelah itu mereka hampiri orang tua mereka , mereka peluk dengan berlinang air mata, sungguh sedih bercampur senang yang mewarnai malam itu.
Dan akhirnya mereka dapat meneruskan Kuliah di jurusan mereka masing-masing ,dan bisnis orang tua mereka pun kembali berjalan, dan persahabatan mereka tidak akan pernah luntur di telan waktu.
Dan nama BUJANG TEKNIK akan terus dikenang oleh kawan-kawan bahkan satu Indonesia sekalipun.


TAMAT



0 komentar:

Posting Komentar

"KETIKA MARAH,HITUNG SAMPAI SEPULUH SEBELUM KITA BERBICARA;JIKA SANGAT MARAH,SERATUS" "SETIAP YANG DIMULAI DENGAN RASA MARAH BERAKHIR DENGAN RASA MALU"